Kami adalah Bank Perkreditan Rakyat, dimana kami sebagai Lembaga Keuangan Bank yang melayani masyarakat dalam kebutuhan Kredit atau Tabungan & Deposito. Fokus utama kami adalah untuk UMKM.
because we care...
14 Desember 2010
17 Agustus 2010
Tantangan Setelah Kinerja Tumbuh
Total aset BPR per Februari 2010 menunjukkan pertumbuhan 17,71% dari periode yang sama pada tahun sebelumnya. Bagaimana dengan aset BPR pada triwulan pertama 2010?
SUDAH sewajarnya jika pelaku bisnis bank perkreditan rakyat (BPR) bersyukur. Pasalnya, di tengah guncangan krisis global sepanjang tahun lalu, kinerja BPR masih mencatatkan pertumbuhan.
Berdasarkan data Biro Riset Infobank (birI), kredit yang disalurkan BPR pada 2009 meningkat dari Rp25,47 triliun pada 2008 menjadi Rp28 triliun. Sementara, dana pihak ketiga (DPK) naik dari Rp21,34 triliun per Desember 2008 menjadi Rp25,55 triliun pada 2009. Di sisi lain, laba tahun berjalan melonjak dari Rp849 miliar menjadi Rp1,15 triliun.
Padahal, pada tahun lalu kinerja BPR sempat tertekan. Per Agustus 2009, misalnya, laba BPR nyaris tidak tumbuh, dengan persentase -2,12% secara year on year (yoy). Meski jika dicermati, laba pada Agustus tahun lalu tersebut meningkat dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya. Pada periode yang sama, kredit BPR hanya tumbuh sedikit 8,73% (yoy). Kendati, BPR masih bisa menaikkan asetnya.
Aset BPR per Desember 2009 sebesar Rp37,55 triliun atau naik dari posisi akhir 2008 sebesar Rp32,53 triliun. Dalam lima tahun terakhir, aset BPR memang tumbuh cukup signifikan. Sepanjang 2005 hingga 2009 aset BPR tumbuh 84,15%, dengan rata-rata pertumbuhan 16,83%.
Bagaimana dengan pertumbuhan aset BPR selama triwulan pertama 2010? Meningkatnya aset BPR pada akhir tahun lalu sepertinya bukan jaminan bahwa pada periode berikutnya aset BPR trennya akan terus meningkat. Faktanya, dalam tiga bulan pertama 2010 aset BPR terus bergerak fluktuatif. Pada Januari 2010 aset BPR hanya tumbuh 0,90% dari akhir tahun lalu. Namun, hal itu tak lantas membuat BPR patah semangat. Buktinya pada bulan berikutnya, Februari, BPR mampu menggenjot pertumbuhan asetnya hingga 1,56%. Namun, BPR rupanya tidak mampu meningkatkan atau menjaga pertumbuhannya, paling tidak di level yang sama karena pada Maret pertumbuhan aset BPR tidak jauh lebih baik daripada bulan sebelumnya. Malah, lebih kecil dibandingkan dengan bulan sebelumnya, yakni 1,06%.
Apa yang menyebabkan aset BPR berfluktuasi? Ada beberapa catatan penting terkait dengan kinerja BPR. Dalam kurun waktu yang sama, yakni triwulan pertama 2010, pertumbuhan kredit BPR juga tidak kencang. Padahal, besarnya kredit memberikan kontribusi yang tidak sedikit bagi pertumbuhan asetnya. Per Januari kredit BPR hanya tumbuh 1,18%. Pada Februari sempat naik menjadi 1,81%, namun bulan berikutnya menurun lagi menjadi 1,74%.
Untuk menopang pertumbuhan kredit, paling tidak DPK BPR harus cukup kuat. DPK BPR dari Desember 2009 hingga Maret tahun ini justru terus melemah. Per Maret pertumbuhan DPK-nya hanya 1,49%. Padahal, pada awal 2010 DPK BPR sempat menyentuh 2,06%.
Pertumbuhan DPK tersebut didominasi deposito. Karena itu, dana BPR menjadi mahal. Imbasnya, suku bunga kredit BPR menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan bank umum. Jadi, wajar jika kemudian konsumen lebih memilih mengambil kredit di bank umum ketimbang BPR.
Belum lagi jika berbicara mengenai linkage program antara bank umum dan BPR. Selama ini ada kecenderungan BPR memanfaatkan program ini untuk menopang pengucuran kreditnya. Meski tidak semua dana dari linkage disalurkan untuk kredit, strategi ini lagi-lagi membuat suku bunga kredit BPR menjadi lebih mahal.
Mahalnya suku bunga kredit BPR bisa jadi salah satu penghambat pertumbuhan kredit BPR. Namun, tentu hal ini bukan satu-satunya alasan. Masih ada beberapa faktor lain, misalnya soal inovasi produk yang tidak sekencang industri keuangan lain, yang menyebabkan daya saing BPR kalah dibandingkan dengan yang lain. Masalah teknologi yang kurang menjadi perhatian BPR juga bisa menjadi catatan tersendiri.
Tantangan yang lebih berat bagi BPR saat ini mungkin menghadapi bank umum di pasar mikro karena tidak sedikit bank umum yang tertarik terjun ke bisnis mikro. Tidak hanya bank lokal, tapi juga bank asing. Dari sisi kekuatan, strategi, inovasi, dan teknologi, bank umum tentu lebih mumpuni ketimbang BPR. BPR juga harus menghadapi kenyataan lain manakala Pegadaian juga ikut terjun ke ranah BPR.
(Sumber : www.infobanknews.com)